Jumat, 19 Mei 2017

Cerita Rasulullah Dengan Anak-Anak


Pernah Rasulullah meneteskan air mata kesedihan saat ditinggal pergi oleh buah hatinya; Ibrahim. Beliau pun ditanya, kenapa harus menangis. Maka beliau pun menjawab, “Ini merupakan bentuk kasih sayang.” HR. Bukhari.
Suatu saat Al-Aqra’ bin Habis pernah melihat Rasulullah mencium cucunya; Hasan, kemudian al-Aqra’ berkata, “Sesungguhnya saya memiliki sepuluh orang anak, dan saya tidak mencium satu orang pun dari mereka.” Maka Rasulullah pun berkata, “Siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi.” HR. Muslim.
Kasih sayang Rasulullah kepada anak-anak pun beliau buktikan dalam sholatnya. Di mana suatu hari Rasulullah membawa Hasan dan Husain sholat, dan disaat sujud, Rasulullah memanjangkan sujudnya, sampai-sampai ada seorang sahabat mengangkat kepalanya dari sujud melihat apa yang terjadi, dan ternyata dia melihat seorang anak kecil sedang berada di atas punggung Rasulullah.
Ketika Rasulullah selesai, para sahabat pun menanyakan hal itu, mereka mengira wahyu diturunkan kepadanya, ternyata tidak, Rasulullah tidak bangkit karena cucunya berada di atas punggungnya dan beliau tidak menyukai bangkit kecuali sampai anak itu turun dari punggungnya. HR. Ahmad
Di siang hari juga, pernah Rasulullah berjalan dengan Abu Hurairah, dan mereka pun tiba di teras Fatimah kemudian beliau bertanya, “Mana Hasan?” Maka berselang beberapa saat, datanglah Hasan, maka Rasulullah pun sambut dengan riang gembira dan memeluknya sembari berucap, “Ya Allah, cintailah ia dan cintailah orang yang mencintainya.” HR. Bukhari.
Annas Radhiallahu Anhu juga pernah bertutur, bahwa Rasulullah pernah berkata kepada Abu Umaer yang sedang sedih karena matinya seekor burung kecil, beliau berkata, “Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan Nughoer? (burung kecil?)” HR. Bukhari. Ya, begitu perhatian dan sayangnya kepada seorang anak, sampai-sampai pertanyaannya begitu halus.
Yang lebih menakjubkan lagi adalah,  Rasulullah pernah didatangkan minuman kemudian beliau meminumnya, sedangkan di samping kanannya ada seorang anak kecil dan di samping kiri, ada para sesepuh. Kemudian Rasulullah berkata kepada anak  kecil yang berada di sebelah kanannya, “Apakah engkau mengizinkanku memberikan kepada para sesepuh ini?”
Anak kecil pun mengungkapkan, “Tidak,  demi Allah saya tidak akan berbagi bagianku darimu kepada seorang pun.”  Maka kemudian Rasulullah meletakkan apa yang ada di tangannya. HR. Bukhari.
Coba lihat, bagaimana cara Rasulullah melatih rasa keberanian anak-anak. Melatih mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan melatih mereka untuk tetap berani selagi itu berada di atas kebenaran.
Bahkan Rasulullah juga sangatlah bersemangat menuntun anak-anak kepada jalan kebenaran walau itu hanya seorang Yahudi. HR. Bukhari
Dan yang terakhir adalah, beliau bersama cucu perempuannya; Umamah binti Abu al-‘Ash. Di mana beliau selalu  membawa cucunya itu untuk sholat. Bila Rasulullah sujud, Rasulullah meletakkanya di lantai, dan apabila berdiri beliau meletakkanya di atas pundak.
Seperti itulah Rasulullah dengan anak-anak.  Begitu mulia perlakukannya kepada mereka. Begitu menghargai pendapat mereka. Begitu memperhatikan perkemambangan mereka.
Ya, Rasulullah adalah teladan yang paling baik di setiap segi kehidupan. Di dalam rumah tangga, adalah orang yang paling baik dengan keluarga. Di medan perang beliua sangatlah perkasa. Di dalam belajar mengajar, beliau adalah orang yang paling istimewa dalam mengajar, sampai-sampai murid-muridnya bisa menaklukkan dunia, bahkan sampai di negeri kita tercinta; Indonesia.
Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Surah Al-Ahzab (33:21)
#edisi_belajar_mencintai_anak-anak
Irsun Badrun
Manyaran 20 Mei 2017
Minassunnah berusaha menyajikan artikel Islam yang mengacu pada hadits-hadits Sahih yang merupakan dasar pijak cara kita beragama.