Alhamdulillah, segala
puji bagi Allah. Tidur adalah sebuah keadaan di mana seseorang tidak sadar akan
dirinya dan mata dalam keadaan terpejam.
Sehingga dari itu, doa
ketika bangun tidur merupakan sebuah pujian kepada Allah yang telah
menghidupkan kita setelah kita mati, yaitu tidur.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ
النُّشُورُ
Segala puji bagi Allah
yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nyalah kami
dikembalikan. HR. Bukhari No. 5955 (Syamilah) Muslim 7062
(Syamilah)
Dari hadits di atas,
jelas sudah bahwa tidur adalah saudaranya kematian.
Sedangkan di dalam
al-Qur'an, Allah sebutkan
اللَّهُ
يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا
فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ
مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya
dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. QS. Azzumar:
42
Jelas dalam ayat di atas, Allah sebutkan
bahwa Allah memegang jiwa orang yang belum mati saat tidur, dan Allah
melepaskan jiwa yang masih tidur itu sampai pada waktu yang ditentukan.
Kemudian dalam sebuah riwayat yang
dituturkan oleh Abu Juhaefah Radhiallahu Anhu,
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي سَفَرِهِ الَّذِي نَامُوا فِيهِ حَتَّى
طَلَعَتِ الشَّمْسُ فَقَالَ : إِنَّكُمْ كُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَرَدَّ اللَّهُ
إِلَيْكُمْ أَرْوَاحَكُمْ ، فَمَنْ نَامَ عَنْ صَلاةٍ فَلْيُصَلِّهَا إِذَا
اسْتَيْقَظَ ، وَمَنْ نَسِيَ صَلاةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَ ) رواه أبو يعلى في
" المسند " (2/192)، وصححه الألباني في " إرواء الغليل "
(1/293)
Pernah Rasulullah shollallahu alaihi
wasallam dan para sahabatnya ketiduran dalam safar mereka, sampai terbitnya
matahari, maka Rasulullah berkata, "Sesungguhnya tadinya kalian itu adalah
orang mati, kemudian Allah kembalikan ruh kalian, oleh karena itu, siapa yang
tertidur dari sholatnya, maka hendaknya ia mengerjakannya apabila ia bangun,
dan siap yang lupa sholat, maka hendaknya ia mengerjakannya apabila ia ingat.” HR. Abu Ya'la dalam Musnad 2/192 dan
disahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaul Galil 1293.
Setelah Al-Hafiz Ibnu Rajab menyebutkan
dalil-dali ini dalam Fathul Bari, beliau berkomentar
فدلت
الآية على أن النوم وفاة ، ودل الحديث على أن النوم قبض ، ودلَّا على أن النفس
المتوفاة هي الروح المقبوضة " انتهى من " فتح الباري " لابن رجب (3/325)
Ayat menunjukkan bahwa tidur itu adalah
wafat dan hadits menunjukkan bahwa tidur itu adalah dicabutnya ruh. Dan ini
menunjukkan bahwa jiwa yang wafat adalah ruh yang dicabut. Fathul Bari 3/325
Akan tetapi, dicabutnya ruh di saat tidur,
tidak berarti terpisahnya ruh secara menyuluruh dari tidur seperti terjadi pada
saat orang meninggal.
Akan tetapi, ruh itu tetap hidup di dalam jasad ketika tidur, namun tidak sempurna sebagaiman yang terjadi ketika terbangun.
Akan tetapi, ruh itu tetap hidup di dalam jasad ketika tidur, namun tidak sempurna sebagaiman yang terjadi ketika terbangun.
Berkata Ibnu Rajab Rahimahullah,
"Dicabtunya ruh dari tubuh, tidak berarti harus terpisahnya ruh secara
menyuluruh dari badan,,,," Fathul Baari oleh Ibnu Rajab 3/326.
Artikel asli dengan berbahasa Arab di islamqa
Akhukum
Irsun Anwar Badrun
Irsun Anwar Badrun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar