Selasa, 04 Oktober 2016

Bagaimana Rasa Syukur Seorang Hamba Yang Paling Baik



Soal:

Bagaimana Rasa Syukur seorang hamba yang paling baik kepada Allah?



Jawab:

Perintah Bersyukur
Syukur adalah sebuah akibat yang muncul atas sebuah kebaikan, juga ungkapan terima kasih atas apa yang diperoleh dari sebuah kebaikan. Dan yang paling berhak dari syukurnya seorang hamba adalah Allah ta'ala. Karena begitu besar dan agungnya nikmat dan pemberian Allah kepada hamba, baik itu nikmat agama maupun nikmat dunia.


Dan Allah telah memerintahkan kita untuk bersyukur atas semua limpahan nikmat dan tidak mengingkarinya.

Allah berfirman:


فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ


Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. Al-Baqarah: 152


Secara umum, nikmat Allah kepada hamba-Nya meliputi dua katergori.


Pertama: Adalah Nikmat Kehidupan Dunia



Meliputi dari naik turunnya nafas. Oksigen yang dihirup. Makanan yang dimakan. Minuman yang diminum, dan seluruh fasilitas kehidupan yang manusia nikmati, merupakan karunia Allah.

Firman Allah:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ


"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah." Al-Baqarah: 172


Dan firman-Nya:


وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ


"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi sumber penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur." Al-A'raf: 10


Yang perlu digaris bawahi adalah: “Kami adakan bagimu di muka bumi sumber penghidupan.” Berarti semua fasilitas hidup yang kita nikmati saat ini merupakan dari Allah.


Berkata Ibnu Katsir ketika mengomentari ayat tersebut, “Yakni Kehidupan dan juga sebab-sebab mereka leluasa di dalamnya.”

Berkata Al-Baidhowy dalam tafsirnya ketika menghomentari ayat yagn artinya, “Dan Kami adakan bagimu di muka bumi sumber penghidupan.” Yaitu “Sebab-sebab yang dengannya kalian hidup.” Lihat tafisr Al-Baidhowy.

Juga firman Allah:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur." QS. Arrum: 46


Kedua: Nikmat Agama Dan Ketaatan


Allah berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُباً فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيداً طَيِّباً فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." QS. Almaidah: 6

“Supaya kamu bersyukur.” Itulah akhir ayat ketika Allah dahului dengan berbagai nikmat dari-Nya berupa sholat dan hal-hal yang berkaitan dengan sholat tersebut.


Itu hanya sebagian saja yang disebutkan di sini, adapun jumlah nikmat, maka sangatlah mustahil bisa menghitungnya.


Allah berfirman:

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الْأِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." QS. Ibrahim: 34


Setelah tidak mampu menghitung nikmat Allah, Allah pun mengkaruniakan kita ampunan karena betapa lemahnya seorang hamba untuk bisa menyukuri semua nikmat tersebut.

Allah berfirman:


وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ


"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS. Annahal: 18


Sebagai seorang muslim hendaknya selalu meminta pertolongan pada Rabnya  agar berkenan menolong dalam bersyukur pada Allah, karena kalau bukan taufik dan pertolongan dari Allah kepada hamba-Nya maka seorang hamba selamanya tak bisa sampai pada syukur atau ungkapan terima kasih yang sebenarnya.

sebab itu, disyariatkan dalam tuntunan sunnah yang shohih, ialah meminta bantuan dari Allah dalam upaya bersyukur pada-Nya.


عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ : ( يَا مُعَاذُ ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، فَقَالَ : أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ ) .


Diriwayatkan dari Muadz ra., bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم  memegang tangannya, dan bersabda: Ya Muadz, Demi Allah, Sungguh aku mencintaimu , kemudian, aku berwasiat kepadamu wahai Muadz, jangan sekali-kali meninggalkan setiap selepas sholat membaca  doa

اللّٰهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allahumma a’inniy ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni ‘ibaadatik

Ya Allah, bantulah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur untuk-Mu, dan beribadah dengan baik bagi-Mu." HR. Abu Daud 1522 dan Nasa'i 1303 Dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih Abu Daud.

Dan menyukuri nikmat adalah sebuah sebab bertambahnya nikmat tersebut. Allah berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ


Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."  QS. Ibrahim: 7


Cara Bersyukur

Cara bersyukur sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Ibnu Qoyyim:

الشكر يكون : بالقلب : خضوعاً واستكانةً ، وباللسان : ثناءً واعترافاً ، وبالجوارح : طاعةً وانقياداً .

Syukur meliputi dengan hati, yaitu rasa hina dan rendah. Dengan lisan, yaitu pujian dan pengakuan. Dengan anggota tubuh yaitu ketaatan dan ketundukan. Madaariju Assalikin 2/246 (syamilah)


Sehingga dapat disimpulkan bahwa syukur bisa terealisasi dengan poin-poin berikut:




                                            
1. Bersyukur dengan hati

2. Bersyukur denga lisan

3. Bersyukur dengan anggota tubuh


Bersyukur Dengan Hati


Yaitu hendaknya hati  merasa begitu berharganya nikmat yang Allah karuniakan pada hamba-Nya, dan mengakui bahwa seluruh nikmat hanya berasal dari Allah saja bukan dari selain-Nya.

Allah berfirman:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ


“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” Annahal: 53

Pengakuan seperti ini bukan hanya sebatas disukai tapi hukumnya wajib.

Adapun siapa yang menyandarkan nikmat kepada selain Allah, maka hukumnya kufur.

Berkata Syekh Assa'id rahimahullah:

الواجب على الخلق إضافة النعم إلى الله قولاً ، واعترافاً ، وبذلك يتم التوحيد ، فمن أنكر نعَم الله بقلبه ، ولسانه : فذلك كافر ، ليس معه من الدين شيء.

"Wajib atas makhluk menyandarkan nikmat kepada Allah, baik secara perkataan dan pengakuan, karena dengan itu tauhid  menjadi sempurna. Maka barang siapa ingkar nikmat Allah dengan hati dan lisannya, maka hukumnya kafir, tidak ada lagi bersamanya agama sedikit pun."



Dan barang siapa yang menetapkan semua nikmat hanya dari Allah tapi secara lisan kadang menyandarkan kepada Allah dan pada kali yang lain ia sandarkan kepada dirinya, amalnya atau kepada usaha yang lainnya sebagaimana yang terjadi pada kebanyakan manusia. Maka wajib bagi orang tersebut untuk bertaubat darinya. Dan tidak lagi menyandarkan nikmat kecuali pada empuhnya saja, dan hendak bersungguh-sungguh untuk itu.

Dan iman dan tauhid tidaklah terealisasi kecuali dengan menyandarkan nikmat kepada Allah, baik secara perkataan maupun pengakuan. Lihat Al-Qaulu Assadid Fi Maqasidittauhid: 1/36 (syamilah)

Allah katakan sebagai penjelasan orang yanag mengingkari penisbatan nikmat kepada Allah.

Allah berfirman:

يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ

“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” QS. Annahal 83.


Berkata Ibnu Katsir Rahimahullah:
أي : يعرفون أن الله تعالى هو المسدي إليهم ذلك ، وهو المتفضل به عليهم ، ومع هذا ينكرون ذلك ، ويعبدون معه غيره ، ويسندون النصر والرزق إلى غيره .

"yaitu mereka tahu bahwa Allah sajalah yang melimpahkan kepada mereka nikmat tersebut, Allahlah yang Maha Memiliki kewenangan dengan nikmat tersebut kepada mereka, akan tetapi bersamaan dengan itu, mereka mengingkari, dan mereka beribadah bersama Allah juga sesembahan yang selain-Nya, dan mereka menyandarkan kemenangan juga rizki itu kepada selain-Nya  (Allah)" Tafsir Ibnu Katsir: 4/592 (syamilah)


Bersyukur Dengan Lisan

Yakni pengakuan dengan ucapan, yaitu setelah diyakini dengan hati bahwa pemberi nikmat yang sejati hanya Allah Ta'ala diikuti dengan sibuknya lisan dengan pujian kepada Allah.

Allah ungkapkan nikmat-Nya kepada hamba-Nya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dengan firman-Nya:


وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى


“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” QS. Addhuha: 8


Kemudian Allah memerintahkan Rasulullah sebagai pengakuan dari nikmat tersebut yaitu dengan firman-Nya:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ


"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu ungkapkan (ceritakan)." QS. Addhuha: 11


Ibnu Katsir berkata:

أي : وكما كنت عائلا فقيراً فأغناك الله : فحدِّث بنعمة الله عليك .


“Yakni sebagaimana dahulu kamu seorang yang kekurangan lagi fakir, maka Allah pun mencukupimu, maka ungkapkanlah nikmat Allah atasmu.” Tafsir Ibnu Katsir  8/427 (syamilah)



وعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا ، أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا ) .


Dari Annas bin Malik ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, "Sesungguhnya Allah ridho dengan seorang hamba yang memakan sebuah makanan kemudian memuji Allah atas nikmat itu, atau ia minum sebuah minuman kemudian memuji Allah atas nikmat tersebut." HR. Muslim 2734



Berkata sebagian salaf:

مَن كتم النعمة : فقد كفَرها ، ومن أظهرها ونشرها : فقد شكرها


"Siapa yang menyembunyikan nikmat, maka dia telah mengkufurinya, dan siapa yang menampakkannya dan menyebarkannya maka dia telah menyukurinya."

Berkata Ibnu Qayyim ketika mengomentari tentang ini:


Perkataan tersebut di ambil dari perkataan Rasulullah:

إن الله إذا أنعم على عبد بنعمة : أحب أن يَرى أثر نعمته على عبده

"Sesungguhnya Allah apabila memberikan nikmat atas seorang hamba dengan sebuah kenikmatan, maka Allah suka melihat bekas nikmat-Nya atas hamba-Nya."
Madarijussalikin: 2/246 (Syamilah)



Bersyukur Dengan Anggota Tubuh

Yaitu hendaknya seorang hamba menundukkan anggota tubuhnya dalam ketaatan kepada Allah, dan menhindarkan dari perbuatan yang dilarang Allah berupa maksiat dan dosa.

Allah berfirman:

اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْراً

“Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). QS. Saba: 13


عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلَاهُ قَالَتْ عَائِشَةُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ فَقَالَ : ( يَا عَائِشَةُ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ) .


Dari Aisyah ia berkata, "Dahulu Rasulullah apabila sholat, ia berdiri sampai pecah-pecah telapaknya."
Aisyah pun berkata, "Wahai Rasulullah, kenapa kamu buat ini sedangkan telah diampuni dosamu, baik yang akan datang atau yang lalu?"
Rasulullah menjawab, "Wahai Aisyah, tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur.?" HR. Bukhari 4557 dan Muslim 2820


Berkata Ibnu Rajab al-Hanbaly Rahimahullah,
الشكر على درجتين : إحداهما واجب ، وهو أن يأتي بالواجبات ، ويتجنب المحرمات ، فهذا لا بد منه ، ويكفي في شكر هذه النعم ،

Syukur ada dua tingkatan dan kedua-duanya wajib, yang pertama mengerjakan segala kewajiban dan menjauhi segala keharaman, dan ini harus, dan sudah mencukupi untuk menyukuri semua nikmat."


Adapun tingkatan kedua dari syukur adalah:
Syukur yang mustahab (disukai) yaitu seorang hamba beramal sesudah mengerjakan yang wajib dan menjauhi keharaman dengan ketaatan." Jami' al-Ulum Walhikam. Hal: 245,246 (Syamilah)



قال بعض السلف :
" الشكر : ترك المعاصي " .

Berkata sebagian salaf, "Syukur itu meninggalkan segala kemaksiatan."

وقال بعضهم : " الشكر أن لا يُستعان بشيءٍ من النعَم على معصيته " .

Berkata lagi sebagian mereka, "Syukur itu ketika tidak menjadikan sebuah nikmat untuk bermaksiat." Jami' al-Ulum Walhikam. Hal: 246 (Syamilah)


Abu Hazam menyebutkan, "Adapun orang yang hanya bersyukur dengan lisannya saja dan tidak bersyukur dengan anggota tubuhnya, maka perumpamaan orang tersebut seperti seseorang yang mempunya pakaian dan ia hanya mengambil ujungnya saja dan tidak menggunakannya, maka pakaian itu tidak bermanfaat baginya di saat dingin, panas, salju juga hujan. Jami' al-Ulum Walhikam. Hal: 246 (Syamilah)


Kesimpulan:

Biar  kamu menjadi seorang hamba yang bersyukur kepada Allah atas segala limpahan nikmat-Nya kepadamu, maka wajib bagimu mengakui dengan lubuk hatimu, bahwa pemberi dari segala nikmat adalah Allah Ta'ala, maka kamu pun mengagungkan-Nya dan menyandarkan segala nikmat kepada-Nya dan kamu pun mengakui dengan lisanmu.

Kamu pun mensyukuri-Nya seusai bangun dari tidurmu, di mana Allah masih mengkaruniakan kamu kehidupan. Begitu juga seusai makan dan minum, kamu sadar bahwa itulah rizkimu, dan juga di setiap nikmat yang kamu dapatkan dalam dirimu.

Kamu juga bersyukur atas nikmat anggota tubuh dengan tidak melihat, mendengar kepada kemaksiatan, atau kemungkaran. Tidak juga mengayunkan kedua kaki ke tempat yagn diharamkan. Tangan pun demikian, tidak menggunakannya pada kemungkaran.

Dan dari kategori syukur dengan anggota tubuh yaitu kamu menundukkan tubuh di dalam ketaatan kepada Alla, seperti membaca Qur'an, menulis ilmu, mendengarkan sesuatu yang bermanfaat dan lain-lain.


Dan ketahuilah, dapat menyukuri nikmat itu sendiri juga membutuhkan syukur.



Adapun Amalan Yang Paling Cocok Sebagai Ungkapan Syukur adalah, klik di sini


Semoga Allah menjadikan kita semua hamba-Nya yang selalu bersyukur.


Irsun Badrun
Manyaran Wonogiri 04 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minassunnah berusaha menyajikan artikel Islam yang mengacu pada hadits-hadits Sahih yang merupakan dasar pijak cara kita beragama.