Soal:
Bagaimana Rasa Syukur
seorang hamba yang paling baik kepada Allah?
Jawab:
Perintah Bersyukur
Syukur adalah sebuah
akibat yang muncul atas sebuah kebaikan, juga ungkapan terima kasih atas apa yang
diperoleh dari sebuah kebaikan. Dan yang paling berhak dari syukurnya seorang
hamba adalah Allah ta'ala. Karena begitu besar dan agungnya nikmat dan pemberian
Allah kepada hamba, baik itu nikmat agama maupun nikmat dunia.
Dan Allah telah
memerintahkan kita untuk bersyukur atas semua limpahan nikmat dan tidak
mengingkarinya.
Allah berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku. Al-Baqarah: 152
Secara umum, nikmat Allah
kepada hamba-Nya meliputi dua katergori.
Pertama: Adalah Nikmat Kehidupan Dunia
Meliputi dari naik turunnya
nafas. Oksigen yang dihirup. Makanan yang dimakan. Minuman yang diminum, dan
seluruh fasilitas kehidupan yang manusia nikmati, merupakan karunia Allah.
Firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا
لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
"Hai orang-orang yang
beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah."
Al-Baqarah: 172
Dan firman-Nya:
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ
قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ
"Sesungguhnya Kami telah
menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi
sumber penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur." Al-A'raf: 10
Yang perlu digaris bawahi
adalah: “Kami adakan bagimu di muka bumi sumber penghidupan.” Berarti semua
fasilitas hidup yang kita nikmati saat ini merupakan dari Allah.
Berkata Ibnu Katsir ketika
mengomentari ayat tersebut, “Yakni Kehidupan dan juga sebab-sebab mereka
leluasa di dalamnya.”
Berkata Al-Baidhowy dalam
tafsirnya ketika menghomentari ayat yagn artinya, “Dan Kami adakan bagimu di
muka bumi sumber penghidupan.” Yaitu “Sebab-sebab yang dengannya kalian hidup.”
Lihat tafisr Al-Baidhowy.
Juga firman Allah:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ
رَحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda
kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira
dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat
berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya;
mudah-mudahn kamu bersyukur." QS. Arrum: 46
Kedua: Nikmat Agama Dan Ketaatan
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا
وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ
إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُباً فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ
مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ
لامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيداً طَيِّباً
فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ
عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ
عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." QS. Almaidah: 6
“Supaya kamu bersyukur.” Itulah
akhir ayat ketika Allah dahului dengan berbagai nikmat dari-Nya berupa sholat
dan hal-hal yang berkaitan dengan sholat tersebut.
Itu hanya sebagian saja yang disebutkan di
sini, adapun jumlah nikmat, maka sangatlah mustahil bisa menghitungnya.
Allah berfirman:
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ
لا تُحْصُوهَا إِنَّ الْأِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
"Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." QS.
Ibrahim: 34
Setelah tidak mampu menghitung nikmat
Allah, Allah pun mengkaruniakan kita ampunan karena betapa lemahnya seorang
hamba untuk bisa menyukuri semua nikmat tersebut.
Allah berfirman:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ
رَحِيمٌ
"Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS.
Annahal: 18
Sebagai seorang muslim hendaknya selalu
meminta pertolongan pada Rabnya agar
berkenan menolong dalam bersyukur pada Allah, karena kalau bukan taufik dan
pertolongan dari Allah kepada hamba-Nya maka seorang hamba selamanya tak bisa sampai
pada syukur atau ungkapan terima kasih yang sebenarnya.
sebab itu, disyariatkan dalam tuntunan
sunnah yang shohih, ialah meminta bantuan dari Allah dalam upaya bersyukur
pada-Nya.
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ : ( يَا مُعَاذُ ، وَاللَّهِ إِنِّي
لَأُحِبُّكَ ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، فَقَالَ : أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا
تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ
، وَشُكْرِكَ ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ ) .
Diriwayatkan dari Mu’adz ra., bahwasanya Rasulullah صلى
الله عليه وسلم
memegang tangannya, dan bersabda: “Ya Mu’adz,
Demi Allah, Sungguh aku mencintaimu “, kemudian, “aku berwasiat kepadamu wahai Mu’adz, jangan sekali-kali meninggalkan setiap selepas sholat membaca doa
اللّٰهُمَّ أَعِنِّي عَلَى
ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allahumma a’inniy ‘ala dzikrika wasyukrika
wahusni ‘ibaadatik
Ya Allah, bantulah aku untuk selalu
mengingat-Mu, bersyukur untuk-Mu, dan beribadah dengan baik bagi-Mu." HR.
Abu Daud 1522 dan Nasa'i 1303 Dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih Abu
Daud.
Dan menyukuri nikmat adalah sebuah sebab
bertambahnya nikmat tersebut. Allah berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih." QS. Ibrahim:
7
Cara Bersyukur
Cara bersyukur sebagaimana yang
pernah disampaikan oleh Ibnu Qoyyim:
الشكر يكون : بالقلب : خضوعاً واستكانةً ، وباللسان : ثناءً واعترافاً ،
وبالجوارح : طاعةً وانقياداً .
Syukur meliputi dengan hati, yaitu rasa
hina dan rendah. Dengan lisan, yaitu pujian dan pengakuan. Dengan anggota tubuh
yaitu ketaatan dan ketundukan. Madaariju Assalikin 2/246 (syamilah)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa syukur bisa
terealisasi dengan poin-poin berikut:
1. Bersyukur dengan hati
2. Bersyukur denga lisan
3. Bersyukur dengan anggota tubuh
Bersyukur Dengan Hati
Yaitu hendaknya hati merasa begitu berharganya nikmat yang Allah
karuniakan pada hamba-Nya, dan mengakui bahwa seluruh nikmat hanya berasal dari
Allah saja bukan dari selain-Nya.
Allah berfirman:
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu,
maka dari Allah-lah (datangnya)” Annahal: 53
Pengakuan seperti ini bukan hanya sebatas disukai
tapi hukumnya wajib.
Adapun siapa yang menyandarkan nikmat
kepada selain Allah, maka hukumnya kufur.
Berkata Syekh Assa'id rahimahullah:
الواجب على الخلق إضافة النعم إلى الله قولاً ، واعترافاً ، وبذلك يتم التوحيد
، فمن أنكر نعَم الله بقلبه ، ولسانه : فذلك كافر ، ليس معه من الدين شيء.
"Wajib atas makhluk menyandarkan
nikmat kepada Allah, baik secara perkataan dan pengakuan, karena dengan itu
tauhid menjadi sempurna. Maka barang
siapa ingkar nikmat Allah dengan hati dan lisannya, maka hukumnya kafir, tidak
ada lagi bersamanya agama sedikit pun."
Dan barang siapa yang menetapkan semua
nikmat hanya dari Allah tapi secara lisan kadang menyandarkan kepada Allah dan
pada kali yang lain ia sandarkan kepada dirinya, amalnya atau kepada usaha yang
lainnya sebagaimana yang terjadi pada kebanyakan manusia. Maka wajib bagi orang
tersebut untuk bertaubat darinya. Dan tidak lagi menyandarkan nikmat kecuali
pada empuhnya saja, dan hendak bersungguh-sungguh untuk itu.
Dan iman dan tauhid tidaklah terealisasi
kecuali dengan menyandarkan nikmat kepada Allah, baik secara perkataan maupun
pengakuan. Lihat Al-Qaulu Assadid Fi
Maqasidittauhid: 1/36 (syamilah)
Allah katakan sebagai penjelasan orang
yanag mengingkari penisbatan nikmat kepada Allah.
Allah berfirman:
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ
الْكَافِرُونَ
“Mereka mengetahui nikmat Allah,
kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
kafir.” QS. Annahal 83.
Berkata Ibnu Katsir Rahimahullah:
أي : يعرفون أن الله تعالى هو المسدي إليهم ذلك ، وهو المتفضل به عليهم ، ومع
هذا ينكرون ذلك ، ويعبدون معه غيره ، ويسندون النصر والرزق إلى غيره .
"yaitu mereka tahu bahwa
Allah sajalah yang melimpahkan kepada mereka nikmat tersebut, Allahlah yang
Maha Memiliki kewenangan dengan nikmat tersebut kepada mereka, akan tetapi
bersamaan dengan itu, mereka mengingkari, dan mereka beribadah bersama Allah
juga sesembahan yang selain-Nya, dan mereka menyandarkan kemenangan juga rizki
itu kepada selain-Nya (Allah)" Tafsir Ibnu Katsir: 4/592
(syamilah)
Bersyukur Dengan Lisan
Yakni pengakuan dengan ucapan, yaitu
setelah diyakini dengan hati bahwa pemberi nikmat yang sejati hanya Allah
Ta'ala diikuti dengan sibuknya lisan dengan pujian kepada Allah.
Allah ungkapkan nikmat-Nya kepada hamba-Nya
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dengan firman-Nya:
وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى
“Dan Dia mendapatimu sebagai
seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” QS. Addhuha: 8
Kemudian Allah memerintahkan Rasulullah
sebagai pengakuan dari nikmat tersebut yaitu dengan firman-Nya:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
"Dan terhadap nikmat
Tuhanmu, maka hendaklah kamu ungkapkan (ceritakan)." QS. Addhuha: 11
Ibnu Katsir berkata:
أي : وكما كنت عائلا فقيراً فأغناك الله : فحدِّث بنعمة الله عليك .
“Yakni sebagaimana dahulu kamu
seorang yang kekurangan lagi fakir, maka Allah pun mencukupimu, maka
ungkapkanlah nikmat Allah atasmu.” Tafsir Ibnu Katsir 8/427 (syamilah)
وعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ
الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا ، أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ
عَلَيْهَا ) .
Dari Annas bin Malik ia berkata: Telah
bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, "Sesungguhnya Allah ridho
dengan seorang hamba yang memakan sebuah makanan kemudian memuji Allah atas
nikmat itu, atau ia minum sebuah minuman kemudian memuji Allah atas nikmat
tersebut." HR. Muslim 2734
Berkata sebagian salaf:
مَن كتم النعمة : فقد كفَرها ، ومن أظهرها ونشرها : فقد شكرها
"Siapa yang menyembunyikan
nikmat, maka dia telah mengkufurinya, dan siapa yang menampakkannya dan
menyebarkannya maka dia telah menyukurinya."
Berkata Ibnu Qayyim ketika mengomentari
tentang ini:
Perkataan tersebut di ambil dari perkataan
Rasulullah:
إن الله إذا أنعم على عبد بنعمة : أحب أن يَرى أثر نعمته على عبده
"Sesungguhnya Allah apabila
memberikan nikmat atas seorang hamba dengan sebuah kenikmatan, maka Allah suka
melihat bekas nikmat-Nya atas hamba-Nya."
Madarijussalikin: 2/246 (Syamilah)
Bersyukur Dengan Anggota Tubuh
Yaitu hendaknya seorang hamba menundukkan
anggota tubuhnya dalam ketaatan kepada Allah, dan menhindarkan dari perbuatan
yang dilarang Allah berupa maksiat dan dosa.
Allah berfirman:
اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْراً
“Bekerjalah hai keluarga Daud
untuk bersyukur (kepada Allah). QS. Saba: 13
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلَاهُ قَالَتْ عَائِشَةُ : يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ
وَمَا تَأَخَّرَ ؟ فَقَالَ : ( يَا عَائِشَةُ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ) .
Dari Aisyah ia berkata, "Dahulu
Rasulullah apabila sholat, ia berdiri sampai pecah-pecah telapaknya."
Aisyah pun berkata, "Wahai Rasulullah,
kenapa kamu buat ini sedangkan telah diampuni dosamu, baik yang akan datang
atau yang lalu?"
Rasulullah menjawab, "Wahai Aisyah,
tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur.?" HR. Bukhari 4557 dan Muslim
2820
Berkata Ibnu Rajab al-Hanbaly Rahimahullah,
الشكر على درجتين : إحداهما واجب ، وهو أن يأتي بالواجبات ، ويتجنب المحرمات ،
فهذا لا بد منه ، ويكفي في شكر هذه النعم ،
Syukur ada dua tingkatan dan kedua-duanya
wajib, yang pertama mengerjakan segala kewajiban dan menjauhi segala keharaman,
dan ini harus, dan sudah mencukupi untuk menyukuri semua nikmat."
Adapun tingkatan kedua dari syukur adalah:
Syukur yang mustahab (disukai) yaitu
seorang hamba beramal sesudah mengerjakan yang wajib dan menjauhi keharaman
dengan ketaatan." Jami' al-Ulum Walhikam. Hal: 245,246 (Syamilah)
قال بعض السلف :
" الشكر : ترك المعاصي " .
Berkata sebagian salaf, "Syukur itu
meninggalkan segala kemaksiatan."
وقال بعضهم : " الشكر أن لا يُستعان بشيءٍ من النعَم على معصيته " .
Berkata lagi sebagian mereka, "Syukur
itu ketika tidak menjadikan sebuah nikmat untuk bermaksiat." Jami' al-Ulum
Walhikam. Hal: 246 (Syamilah)
Abu Hazam menyebutkan, "Adapun orang
yang hanya bersyukur dengan lisannya saja dan tidak bersyukur dengan anggota
tubuhnya, maka perumpamaan orang tersebut seperti seseorang yang mempunya pakaian
dan ia hanya mengambil ujungnya saja dan tidak menggunakannya, maka pakaian itu
tidak bermanfaat baginya di saat dingin, panas, salju juga hujan. Jami'
al-Ulum Walhikam. Hal: 246 (Syamilah)
Kesimpulan:
Biar
kamu menjadi seorang hamba yang bersyukur kepada Allah atas segala
limpahan nikmat-Nya kepadamu, maka wajib bagimu mengakui dengan lubuk hatimu,
bahwa pemberi dari segala nikmat adalah Allah Ta'ala, maka kamu pun
mengagungkan-Nya dan menyandarkan segala nikmat kepada-Nya dan kamu pun
mengakui dengan lisanmu.
Kamu pun mensyukuri-Nya seusai bangun dari
tidurmu, di mana Allah masih mengkaruniakan kamu kehidupan. Begitu juga seusai
makan dan minum, kamu sadar bahwa itulah rizkimu, dan juga di setiap nikmat
yang kamu dapatkan dalam dirimu.
Kamu juga bersyukur atas nikmat anggota
tubuh dengan tidak melihat, mendengar kepada kemaksiatan, atau kemungkaran.
Tidak juga mengayunkan kedua kaki ke tempat yagn diharamkan. Tangan pun
demikian, tidak menggunakannya pada kemungkaran.
Dan dari kategori syukur dengan anggota
tubuh yaitu kamu menundukkan tubuh di dalam ketaatan kepada Alla, seperti
membaca Qur'an, menulis ilmu, mendengarkan sesuatu yang bermanfaat dan
lain-lain.
Dan ketahuilah, dapat menyukuri nikmat itu
sendiri juga membutuhkan syukur.
Adapun Amalan Yang Paling Cocok Sebagai Ungkapan Syukur adalah, klik di sini
Semoga Allah menjadikan kita semua
hamba-Nya yang selalu bersyukur.
Irsun Badrun
Manyaran Wonogiri 04 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar