Minggu, 02 Oktober 2016

Pelajaran Dari Puasa Asyura




“Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari di mana orang  Yahudi dan Nashrani memuliakannya.” Ucap para sahabat ketika Rasulullah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pada hari itu.


Mendengar ucapan sahabat, Rasulullah kemudian bertitah, “Apabila tahun depan, Insya Allah kita akan berpuasa pada hari yang ke sembilan juga.”


Ya, Rasulullah hendak menyelisihi Yahudi dan Nashrani, padahal Rasulullah dan umatnya lebih berhak untuk berpuasa pada hari itu sebagaimana dalam sebuah hadits.


Jika dalam sebuah amalan yang kita lebih berhak dari mereka saja untuk mengerjakannya tapi kita diperintahkan untuk menyelisihi mereka, maka bagaimana dengan amalan dan pakaian kita, yang banyak menyerupai kaum kafir dan bahkan seakan tak punya agama?


Jika masalah puasa saja kita diperintahkan menyelishi mereka, maka bagaimana dengan ulang-ulang tahun yang kita kerjakan yang kesemuanya itu adalah tradisi orang kafir?


Jika hanya masalah sehari kita berpuasa dan dititahkan untuk menyelisihi mereka, lalu bagaimana dengan perayaan tahun baru yang sama sekali tak ada asal usulnya dalam Islam kemudian kita seakan-akan menjadi domba yang digembalakan oleh orang-orang kafir dan mengikuti tradisi mereka dengan merayakan tahun baru dan menghambur-hamburkan uang?


Tidakkkah kita muslim dan ingin menjadi muslim yang baik?


Dan muslim yang baik adalah muslim yang berjalan sesuai dengan tuntunan agamanya sendiri, tidak menjadi seperti anak ayam yang kehilangan induk kemudian hanhya bisa meniru  kebiasaan orang-orang kafir.


Salam Santun
Irsun Badrun
Wonogiri 01 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minassunnah berusaha menyajikan artikel Islam yang mengacu pada hadits-hadits Sahih yang merupakan dasar pijak cara kita beragama.