“Wahai
Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari di mana orang Yahudi dan Nashrani memuliakannya.” Ucap para
sahabat ketika Rasulullah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa pada hari itu.
Mendengar ucapan
sahabat, Rasulullah kemudian bertitah, “Apabila tahun depan, Insya Allah kita
akan berpuasa pada hari yang ke sembilan juga.”
Ya, Rasulullah
hendak menyelisihi Yahudi dan Nashrani, padahal Rasulullah dan umatnya lebih
berhak untuk berpuasa pada hari itu sebagaimana dalam sebuah hadits.
Jika dalam sebuah
amalan yang kita lebih berhak dari mereka saja untuk mengerjakannya tapi kita
diperintahkan untuk menyelisihi mereka, maka bagaimana dengan amalan dan
pakaian kita, yang banyak menyerupai kaum kafir dan bahkan seakan tak punya
agama?
Jika masalah
puasa saja kita diperintahkan menyelishi mereka, maka bagaimana dengan
ulang-ulang tahun yang kita kerjakan yang kesemuanya itu adalah tradisi orang
kafir?
Jika hanya
masalah sehari kita berpuasa dan dititahkan untuk menyelisihi mereka, lalu
bagaimana dengan perayaan tahun baru yang sama sekali tak ada asal usulnya
dalam Islam kemudian kita seakan-akan menjadi domba yang digembalakan oleh
orang-orang kafir dan mengikuti tradisi mereka dengan merayakan tahun baru dan
menghambur-hamburkan uang?
Tidakkkah kita
muslim dan ingin menjadi muslim yang baik?
Dan muslim yang
baik adalah muslim yang berjalan sesuai dengan tuntunan agamanya sendiri, tidak
menjadi seperti anak ayam yang kehilangan induk kemudian hanhya bisa
meniru kebiasaan orang-orang kafir.
Salam Santun
Irsun Badrun
Wonogiri 01
Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar