Sabtu, 29 Oktober 2016

Kisah Preman Pun Membela Dan Berhak Masuk Surga

Perang Qadisiyahlah yang menjadi saksi bisu akan kepahlawanan seroang pemabuk, dan kalau kita bahasakan sekarang adalah seorang preman. Perang ini merupakan  perang terbesar yang terjadi di Irak pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khatab.


Perang yang terjadi di saat Islam masih berumuran jagung; tahun 14 Hijriah. Perang yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqas. Perang yang terbunuh di dalamnya empat puluh ribu dari pasukan musuh dan dua ribu lima ratus dari barisan kaum muslimin.


Di saat perang bergejolak. Debu-debu peperangan berterbangan. Kuda-kudah menjerit dan tentara-tentara Allah mengaung dan mengalirlah darah-darah membasahi tanah, di sana ada seorang laki-laki yang terkurung di balik jeruji besi.


Ia adalah Abu Mihjan
Ia adalah seroang pemabuk. Tak pernah jera walau di dera, tak kapok walau dijobloskan ke dalam jeruji besi bergembok.


Di saat genderang perang bergemuruh untuk meninggikan kalimat Allah dan kuda-kuda  perang berkeliling di sekitar istana, Abu Mihjan pun bangkit dan hendak melarikan diri untuk ikut bergabung memperjuangkan agama Allah.


Sifat kepahlawanannya pun membara, dan persetan dengan mabuk, mungkin itu adalah saatnya ia harus menebus segala kesalahannya, dan juga kokohnya aqidahnya, walau sehina apapun dirinya, tapi kalau masalah agama, adalah sesuatu yang sangat pokok dan harus diperjuangkan.


Tapi apalah daya, memaksakan diri untuk keluar dari balik jeruji dan kaki terkunci dengan rantai besi, hanyalah membuang-buang tenaga, maka ia pun  bersenandung,

“Alangkahnya pilunya hati, menyaksikan kuda-kuda berkeliling sekitar istana

Sementara aku ditinggalkan sendiri dalam keadaan terbelenggu kokoh

Jika hendak kuberdiri, penjara besi ini terkunci

Sementara orang-orang yang telah terbunuh dalam peperangan seakan-akan memanggilku,,,”

Abu Mihjan tak habis akal, ia melihat ada seorang wanita (Zubara –Ummu Walad) yang berada di dalam pusat komanda, maka ia pun mencoba bernegosiasi dengan wanita tersebut.


Ia meminta untuk melepaskannya dan bisa turut ikut berdarah-darah di medan perang. Ia berjanji pada wanita itu,  sebelum matahari tergelincir di ufuk barat, dan darah-darah mengering di tanah, ia akan segera kembali ke dalam jeruji dalam keadaan terbelenggu.


Wanita itupun memegang janjinya. Dan bergegaslah ia melompat dari balik jeruji, kemudian ia menarik kuda panglima perang Sa’ad bin Abu Waqas, yang saat itu tak bisa mengendarai kuda karena penyakit bisul-bisul.


Ketika peperangan berkecamuk dan pasukan Islam mulai melemah, tiba-tiba Sa’ad melihat kudanya dengan ditunggangi seseorang menerobos masuk di tengah-tengah musuh.


Sa’ad berada di antara percaya dan tidak percaya melihat adegan itu, adegan yang membuat mata terbelalak. Sa’ad melihat laki-laki itu menerobos masuk dengan gagah berani. Dan Allah pun menulis kemenangan bagi kaum muslimin.


Ketika matahari mulai tergelincir, Abu Mihjan pun balik dan masuk ke dalam jeruji dan meletakkan rantai di kakinya. Ketika panglima perang Sa’ad bin Abu Waqas tiba di komando perang, ia melihat kudah bersimbah darah. Nafasnya terengah-engah. Maka Sa’ad kemudian bertanya, “Kenapa begini?”


Orang-orang pun menyebut kepadanya tentang kisah Abu Mihjan. Kisah keberaniannya. Kisah kecemburuannya ingin meninggikan kalimat Allah walau ia hanyalah seorang yang dipandang hina oleh manusia, dan bukankah ada orang yang melakukan amalan ahli neraka dan orang-orang pun mengira ia termasuk dari ahli neraka padahal ia termasuk dari ahli surga?


Sa’ad pun senang mendengar kisahnya kemudian melepaskannya, dan pada akhirnya Abu Mihjan pun berhenti untuk selamanya meminum khamar.

Lihat buku Tartib Wa Tahdzib Kitab Al-Bidayah Wan Nihayah versi Indonesia ( Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung Hal. 335-336.)
Dalam masalah ini juga, Imam Bukhari meletakkan sebuah Bab dalam Sahihnya dengan tema Innallah Yu-ayyidu Addina Birrajuli Al-Fajir (Allah mengokohkan agama ini dengan para pendosa)

Akhukum Fillah
Irsun Anwar Badrun
Manyaran Wonogiri 30 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minassunnah berusaha menyajikan artikel Islam yang mengacu pada hadits-hadits Sahih yang merupakan dasar pijak cara kita beragama.