Musa Alaihissalam, sebelum Allah berbicara kepadanya dan
menerima wahyu berupa kitab Taurat, Allah menyurunya untuk berpuasa tiga puluh
hari. Seusai tiga puluh hari dan Musa hendak memulai makan dan minum sembari
menunggu wahyu, Allah kemudian menyurunya untuk menyempurnakan puasanya dengan
menambahkan lagi 10 hari, dan sepuluh hari itu adalah 10 hari pertama bulan
Dzulhijjah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Katsir ketika menjelaskan Surah
Al-A’raf ayat 142.
Di dalam surah Al-Fajr Allah bersumpah
وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2)
“Demi Fajar dan malam yang sepuluh.”
Ibnu Katsir berkata, “Malam yang sepuluh adalah sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah.” Dan
Allah tidaklah bersumpah dengan suatu makhluk kecuali menunjukkan atas besarnya
makhluk tersebut.
Jabir Radhiallahu Anhu berkata, bahwa nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda:
أفضل أيام الدنيا أيام العشر
“Sebaik-baik hari di dunia adalah
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” HR. Ibnu Hibban yang dishahihkan oleh
Albani.
Berkata Abu Utsman Annahdy:
كانوا – أي السلف - يعظمون
ثلاث عشرات العشر الأول من المحرم والعشر الأول من ذي الحجة والعشر الأخير من
رمضان
“Dahulu para salaf, mereka mengagungkan sepuluh hari yang
tiga, yaitu sepuluh hari pertama bulan Muharram, sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah dan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” Addarul Mantsur oleh
Suyuti.
Sebegitu agungnya sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah,
maka Rasulullah pun kemudian memotivasi umatnya untuk beramal sholeh di
dalamnya:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ
مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ,يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ : وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ
اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ
بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu
lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari
bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi
sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang
yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan
sesuatu apapun” HR. Bukhari dari Ibnu
Abbas.
Berkata Ibnu Hajar kenapa
sepuluh hari ini lebih dicintai Allah?
لأن هذه الأيام تتضمن أمهات العبادات
“Karena di dalamnya terkumpul semua induk ibadah.”
Berkata Syekh Utsaimin,
“Amalan sholeh pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, lebih utama dari
amalan sepuluh akhir bulan Ramadhan.”
Sebegitu mulianya dan
berlipat gandanya pahala amalan sholeh pada hari-hari ini, maka cukuplah firman
Allah,
“Dan bergegaslah.” Sebagai cambuk untuk sesiapa yang menghendaki surga
yang luasnya seluas langit dan bumi.
Adapun amalan di dalamnya
meliputi semua amalan baik dan juga ibadah yang sesuai dengan tuntunan
Rasulullah, di antaranya sebagaimana yang terangkum dalam Surah Fathir ayat 29.
الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا
مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang
yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,”
Surah Fatir (35:29)
Ya, tilawah Qur’an, sholat
dan berinfak.
Kemudian memperbanyak
dzikir. Allah berfirman:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ
مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۖ
“Dan supaya mereka
menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah
telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” Surah Al-Hajj (22:28)
Pada yang diterntukan
adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas.
Berzikir pada sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah ada dua bentuk, yaitu dimulai pada saat mulai awal
bulan Dzulhijjah dengan zikir apa saja yang ditentukan Rasulullah, semisal
“Subhanallah walhamdulillah walaa ilaa ha illallah, Allahu Akbar.”
Juga zikir
yang dimulai pada saat hari arafah sampai hari-hari tasyriq dan diistilahkan
dengan zikir mutlaq dan juga muqayyad.
Juga puasa, merupakan
amalan-amalan sholeh yang dianjurkan perbanyak pada bulan-bulan ini.
Rasulullah
bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ بَاعَدَ
اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Tidaklah seorang hambar berpuasa satu hari di jalan Allah
kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka selama tujuh puluh tahun
dengan puasanya itu.” HR. Muslim dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudry.
Ada dua bentuk puasa,
puasa yang dilakukan mulai hari pertama bulan Dzulhijjah dengan cara sehari
puasa sehari tidak selayaknya puasa Daud, dan tidak boleh mengkhususkan hari ke
delapan saja kemudian dilanjutkan dengan puasa Arafah. Jelas Syekh Utsaimin di
salah satu audionya.
Dan yang kedua adalah
puasa Arafah.
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ : يُكَفِّرُ السَّنَةَ
الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ.
Rasulullah ditanya tentang
puasa Arafah, maka beliau menjawab, “Menghapuskan dosa-dosa setahun lalu dan
akan datang.” HR. Muslim dari Abu Qatadah.
Juga amalan paling
baik yang dilakukan pada hari-hari
sepuluh pertama bulan Dzulhijjah adalah doa terkhususnya pada hari Arafah di mana orang
yang tidak berhaji berpuasa. Rasulullah bersabda:
أفضل الدعاء دعاء يوم عرفة ، وأفضل ما قلت أنا والنبيون من قبلي : لا
إله إلا الله وحده لا شريك له
“Sebaik-baik doa adalah
doa pada hari Arafah, dan sebaik-baik yang kukatakan dan nabi-nabi sebelumku
adalah kalimat, “Laa ilaaha ilallallah wahdahu la syarikalah.” Sunanusshogir
Lilbaihaqi dari Tholhah bin Ubaidillah.
Ya, kalau sudah bosan
dengan berdoa, maka terakhir perbanyaklah mengucapkan kalimat di atas, karena
sebaik-baik doa, dan sebaik-baik kalimat yaitu Laa ilaaha illallah.
Jangan lupa yang sudah
banyak duit dan ada waktu, di bulan Dzulhijjah ini juga ada haji, Rasulullah
bersabda
:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ
“Haji mabrur tidak ada
balasan baginya kecuali surga.”
Terakhir, yang mempunyai
kemampuan, jangan lupa berkurban pada hari kesepuluh seusai sholat Idul Adha.
Saya tutup dengan firman
Allah:
“Dan untuk yang demikian,
hendaknya orang berlomba-lomba.” Al-Muthoffifin:26.
Ya, berlomba-lomba untuk
mendapatkan kedudukan surga, yang di dalamnya mereka duduk di atas dipan-dipan
sambil memandang di antara mereka.
Terlihat pada wajah mereka kesenangan yang penuh kenikmatan. Dan
diberikan khamar murni yang dilak tempatnya.
“Dan untuk yang demikian,
hendaknya orang berlomba-lomba.”
Irsun Badrun
01 Dzulhijjah 1437/02 September
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar