Minggu, 02 Oktober 2016

Muraqabah 1



Muraqabah wahai jiwa. Jika kamu tak dapat melihat Allah, maka Allah melihatmu.


Jiwa, di saat sedih di atas petunjuk dan seakan bumi menghempit. Maka, ingatlah kata Allah La tahzan Innallaha ma’ana; janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.


Jiwa, di saat keringat dingin keluar dari tubuh Abu Bakr oleh rasa takut, maka ingatlah ucapan sebaik-baik manusia, “Ma zhonnuka bitsnaeni Allahu tsalitsuhuma; apa anggapanmu dengan dua orang ini, ada Allah yang ketiga.”


“La tahzan Innallaha ma’ana.” Sebuah pelipur lara untuk jiwa di tengah tandusnya zaman dengan sebuah keistigomahan. Sebuah kata yang diabadikan dalam al-Qur’an.



Jiwa yang istiqomah, setelah kebesaran Allah tersemat dalam dada, maka deretan pertolongan Allah menantimu, lihat firman-Nya.



فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40)


“Maka Allah Menurunkan ketenangan kepada Muhammad dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia Menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”  Attaubah:40

Bergembira juga dengan firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (30)


“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka istiqomah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Fushilat:30


Jiwa yang direndung pilu, jika datang masalah yang besar, maka datangkanlah Allah Tuhan semesta alam. Bukankah Allah Pencipta hal-hal yang besar dan mudah bagi-Nya meleburkannya?


Allah katakan:
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ


“Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dia-lah Pemelihara segala sesuatu.” Al-An’am: 102.


Ya, kamu hanya butuh menyempurnakan ibadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Iyyaakana’budu waiyyaakanasta’in.” Ya, setelah ibadah kemudian datang pertolongan.


Sebagaimana juga firman-Nya:
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ (97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (99)
“Dan sungguh, Kami Mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan jadilah engkau di antara orang yang bersujud (shalat). dan sembahlah Tuhan-mu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.” Al-Hijr: 97-99.


Seperti itulah terapi ilahiah untuk masalah yang besar; bertasbih kemudian sempurnakan ibadah kepada-Nya.
Bukankah Rasulullah pernah berkata kepada Ibnu Abbas, “Ihfazhillah yahfazka; jagalah Allah, Dia akan menjagamu?” Maka dengan kembali pada-Nya, sebuah masalah menjadi sirna. Yakin itu!


Jiwa, di saat diri hampir jatuh di lubang kemaksiatan, maka ingatlah selalu, “Alam ya’lam bi annallaha yara?” Tidakkah dia mengetahui bahwa Allah melihat seluruh perbuatannya?


Jiwa, tidakkah juga teringat dengan firman Allah, “Inna rabbaka labil mirshood.” Sungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi.


Tahukah? Ayat di atas merupakan ancaman bagi orang-orang yang suka berbuat kemaksiatan dan kerusakan. Seperi Abu Jahal bin Hisyam yang Allah ancam dengan menghadirkan malaikan zabaniah (penyiksa orang berdosa).


Juga kepada kaum ‘Ad, Tsamud dan Fir’an. Kekuasaan mereka tak dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah.


Namun di saat kamu terlanjur tergelincir dalam kemaksiatan, maka kembalilah pada Allah. Bukankah Allah mengampuni semua dosa bagi yang mau bertaubat? Dan bukankah Rasulullah pun katakan, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan menghapus keburukan?”


Ya, jika diri sudah terendam di lumpur dosa, maka mulailah dengan kebaikan, istigfar.
Terakhir, pelihara baik-baik segala desis lidahmu, karena Raqib dan Atid tak pernah lalai sedetik pun. Baik-baiklah dalam berkata, karena bobot dalam perkataan ciri orang beriman kalau tak ada bobot, lebih baik diam.


Hati-hatilah dalam berbuat,karena tidak ada yang tersembunyi satupun baik di langit maupun di bumi kecuali Allah mengetahuinya.


Pandai-pandailah menyimpan rasa dalam hati, karena setiap bisikkan hati ada Allah yang mengawasi dan bahkan lebih dekat dari hanya sebatas denyutan nadi.


Ingat selalu! Jika kamu tak dapat melihat Allah, maka Allah melihatmu.
Irsun Badrun
04 September 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minassunnah berusaha menyajikan artikel Islam yang mengacu pada hadits-hadits Sahih yang merupakan dasar pijak cara kita beragama.