Muraqabah wahai jiwa. Jika kamu tak dapat
melihat Allah, maka Allah melihatmu.
Jiwa, di saat sedih di atas petunjuk dan
seakan bumi menghempit. Maka, ingatlah kata Allah La tahzan Innallaha
ma’ana; janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.
Jiwa, di saat keringat dingin keluar dari
tubuh Abu Bakr oleh rasa takut, maka ingatlah ucapan sebaik-baik manusia, “Ma
zhonnuka bitsnaeni Allahu tsalitsuhuma; apa anggapanmu dengan dua orang
ini, ada Allah yang ketiga.”
“La tahzan
Innallaha ma’ana.” Sebuah pelipur lara untuk jiwa di tengah tandusnya zaman
dengan sebuah keistigomahan. Sebuah kata yang diabadikan dalam al-Qur’an.
Jiwa yang istiqomah, setelah kebesaran Allah
tersemat dalam dada, maka deretan pertolongan Allah menantimu, lihat
firman-Nya.
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ
تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ
هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40)
“Maka Allah Menurunkan
ketenangan kepada Muhammad dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat)
yang tidak terlihat olehmu, dan Dia Menjadikan seruan orang-orang kafir itu
rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.” Attaubah:40
Bergembira juga dengan firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (30)
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan
kami adalah Allah” kemudian mereka istiqomah, maka malaikat-malaikat akan turun
kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan
kepadamu.” Fushilat:30
Jiwa yang direndung pilu, jika datang masalah
yang besar, maka datangkanlah Allah Tuhan semesta alam. Bukankah Allah Pencipta
hal-hal yang besar dan mudah bagi-Nya meleburkannya?
Allah katakan:
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan
selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dia-lah Pemelihara
segala sesuatu.” Al-An’am: 102.
Ya, kamu hanya butuh menyempurnakan ibadah
kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Iyyaakana’budu waiyyaakanasta’in.” Ya,
setelah ibadah kemudian datang pertolongan.
Sebagaimana juga firman-Nya:
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ
بِمَا يَقُولُونَ (97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ
السَّاجِدِينَ (98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ
الْيَقِينُ (99)
“Dan sungguh,
Kami Mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan.
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan jadilah engkau di antara orang
yang bersujud (shalat). dan sembahlah Tuhan-mu sampai yakin (ajal) datang
kepadamu.” Al-Hijr: 97-99.
Seperti itulah terapi ilahiah untuk masalah
yang besar; bertasbih kemudian sempurnakan ibadah kepada-Nya.
Bukankah Rasulullah pernah berkata kepada Ibnu
Abbas, “Ihfazhillah yahfazka; jagalah Allah, Dia akan menjagamu?”
Maka dengan kembali pada-Nya, sebuah masalah menjadi sirna. Yakin itu!
Jiwa, di saat diri hampir jatuh di lubang
kemaksiatan, maka ingatlah selalu, “Alam ya’lam bi annallaha yara?”
Tidakkah dia mengetahui bahwa Allah melihat seluruh perbuatannya?
Jiwa, tidakkah juga teringat dengan firman
Allah, “Inna rabbaka labil mirshood.” Sungguh, Tuhanmu
benar-benar mengawasi.
Tahukah? Ayat di atas merupakan ancaman bagi
orang-orang yang suka berbuat kemaksiatan dan kerusakan. Seperi Abu Jahal bin
Hisyam yang Allah ancam dengan menghadirkan malaikan zabaniah (penyiksa orang
berdosa).
Juga kepada kaum ‘Ad, Tsamud dan Fir’an.
Kekuasaan mereka tak dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah.
Namun di saat kamu terlanjur tergelincir dalam
kemaksiatan, maka kembalilah pada Allah. Bukankah Allah mengampuni semua dosa
bagi yang mau bertaubat? Dan bukankah Rasulullah pun katakan, “Bertakwalah
kepada Allah di mana pun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan
perbuatan baik, karena perbuatan baik akan menghapus keburukan?”
Ya, jika diri sudah terendam di lumpur dosa,
maka mulailah dengan kebaikan, istigfar.
Terakhir, pelihara baik-baik segala desis
lidahmu, karena Raqib dan Atid tak pernah lalai sedetik pun. Baik-baiklah dalam
berkata, karena bobot dalam perkataan ciri orang beriman kalau tak ada bobot,
lebih baik diam.
Hati-hatilah dalam berbuat,karena tidak ada
yang tersembunyi satupun baik di langit maupun di bumi kecuali Allah
mengetahuinya.
Pandai-pandailah menyimpan rasa dalam hati,
karena setiap bisikkan hati ada Allah yang mengawasi dan bahkan lebih dekat
dari hanya sebatas denyutan nadi.
Ingat selalu! Jika kamu tak dapat melihat
Allah, maka Allah melihatmu.
Irsun Badrun
04 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar