Kamis, 10 November 2016

Bidadari Para Pejuang #1



Wanita idaman itu seperti Ummu Sulaem. Ya, Ummu Sulaem. Ketika orang-orang sibuk meminta mahar dari lelaki, dia hanya disibukkkan dengan Islamnya lelaki. Maka jangan salah, ketika datang kepadanya seorang lelaki kaya dan baik suaranya, dia tolak dengan mempersyaratkan Islam sebagai maharnya. Allahu Akbar. Di mana wanita seperti ini?

Wanita idaman itu seperti Ummu Sulaem. Maka jangan salah, dikatakan bahwa tidak ada mahar yang paling mulia ketika itu, kecuali maharnya Ummu Sulaem, yaitu dengan sebuah kata yang bernama Islam diikuti dengan pebuktian amal perbuatan.

“Demi Allah, tidak ada orang sepertimu yang pantas ditolak,” Ucap Ummu Sulaem kepada Abu Tholhah yang datang melamarnya, sedangkan Abu Tholhah hanya diam terpaku mendengarkan tutur kata Ummu Sulaem. “Tapi sayang sekali, kamu orang kafir, dan saya seorang muslimah,” Lanjut Ummu Sulaem tegas.

Aku bisa membanyangkan sebagai seorang laki-laki, ketika ditolak karena agama, maka mungkin hatiku kan dirundung sendu, masa hanya agama saja menjadi sebuah ukuran. Mungkin hal yang hampir sama juga dirasakan oleh Abu Tholhah, sehingga dia masih tetap diam membisu. “Tidak halal bagiku tuk menikah denganmu, dan jika kamu Islam, maka itulah Maharku, aku tidak akan meminta yang lainnya.” Ya Allah. Agama yang menjadi mahar. Di mana kalian wahai wanita idaman seperti Ummu Sulaem? Mengapa karena harta dan ketampanan kalian rela mengorbankan agama kalian? Di mana Islam kalian?

Lihatlah Ummu Sulaem, berani menolak laki-laki kaya dari kaum Anshor ketika masih beragama kafir. Kalian mampukah seperti itu ketika datang seorang laki-laki tampan dan kaya? Oh, jangan jual agama kalian.

Wanita idaman itu seperti Ummu Sulaem. Ketika Abu Tholhah telah masuk Islam dan menikah dengan Ummu Sulaem dengan mahar Islam, maka mereka lalui hari-hari mereka dalam iman dan takwa. Sampai datanglah suatu hari di mana Ummu Sulaem dan Abu Tholhah dikaruniakan seorang putra. Tahukan apa yang terjadi dengan putra mereka? ya, suatu hari putra mereka sakit  berat. Mereka merawatnya dengan baik, sampai datanglah suatu hari di mana Abu Tholhah pergi ke masjid dan meninggalkan Ummu Sulaem dan anaknya di rumah.

Qadarullah, sang bapak tidak melihat hembusan nafas terakhir anaknya. Putra mereka meninggal di kala Abu Tholhah di masjid. Namun, di sana ada yang aneh dengan Ummu Sulaem, dia berkata kepada orang yang hadir saat itu, “Jangan kalian beritahu Abu Tholhah.” Perkataan singkat, namun apa yang diinginkan oleh Ummu Sulaem? Lanjutkan membaca.

Pulanglah Abu Tholhah dari masjid, sedangkan Ummu Sulaem telah menyiapkan makan malam dengan rapi, maka makan malamlah Abu Tholhah. Sebelumnya Abu Tholhah menanyakan keadaan anaknya, maka jawablah Ummu Sulaem, “Kondisinya sudah tenang dan aku berharap semoga dia  sedang istrahat.”

Wanita idaman itu seperti Ummu Sulaem. Setelah selesai makan, Ummu Sulaem melayani suaminya, mereka lakukan apa yang sah untuk suami istri. Ummu Sulaem malam itu terlihat cantik, dia berhias untuk sang suami, dan menyembunyikan kesedihan yang menimpa.

Wanita idaman itu seperti Ummu Sulaem. Ketika di penghujung malam, berkatalah Ummu Sulaem kepada suaminya, “Wahai Abu Tholhah, tidakkah kamu melihat ayahnya si fulan meminjam suatu pinjaman dan mereka pun memberikan pinjaman itu, dan pada suatu saat, pinjaman itu pun diminta dari bapak si fulan, tapi meraka berat untuk mengembalikan pinjaman itu.” Allahu akbar, kata-kata yang indah, sungguh ciri wanita idaman, mencoba menenangkan suami dengan kata-kata yang indah ketika musibah menerpa biduk cinta.

Kini Abu Tholhah menanggapi perkataan Ummu Sulaem dengan berakta, “Mereka tidak adil.” Ya, Si peminjam tidak adil, barang orang haruslah dikembalikan. Maka dengan itu, berkatalah Ummu Sulaem, “Sungguh anakmu  adalah pinjaman dari Allah, maka sekarang Allah mengambil pinjaman itu, maka kembalikanlah, dan bertahmidlah.”

baca juga (kegembiraan bagi yang kehilangan buah hati) di sini
Oh ya, apalah gerangan perasaanku, ketika pulang langsung dikabarkan anak meninggal? Mungkin emosiku tidak terkontrol, maka bijaklah Ummu Sulaem, bertutur kata yang baik dan membuat sebuah perumpamaan yang baik, sehingga membuat sang suami lebih bisa menerima atas apa yang sudah menjadi takdir Allah. 

Wanita idaman itu seperti Ummu Sulaem. Dengan kisah di atas mengajarkanku dan kamu, bahwa Ummu Sulaem adalah orang yang sangat baik menerima takdir Allah. Tidak hanya itu, beliau adalah orang yang sadar, bahwa suatu saat bila sebuah musibah datang, maka tidak lain itu hanyalah cobaan Allah, maka bijaklah Ummu Sulaem dengan kata-kata indahnya. 

Ya Allah, jadikanlah kami keluarga yang mulia yang selalu berjalan di atas ketentuan-Mu. Jika Engkau katakan itu perintah, kami pun tunduk dan patuh tuk melaksanakan, dan jika Engkau katakan itu larangan, maka kami pun tunduk dan patuh tuk meninggalkan. 


Potongan dari buku saya (Bidadari Para Pejuang)
Untuk pemesanan hub, 082134799822 WA

Akhukum Fillah

Irsun Anwar Badrun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minassunnah berusaha menyajikan artikel Islam yang mengacu pada hadits-hadits Sahih yang merupakan dasar pijak cara kita beragama.