Wanita idaman
itu seperti Ummu Sulaem. Ya, Ummu Sulaem. Ketika orang-orang sibuk meminta
mahar dari lelaki, dia hanya disibukkkan dengan Islamnya lelaki. Maka jangan
salah, ketika datang kepadanya seorang lelaki kaya dan baik suaranya, dia tolak
dengan mempersyaratkan Islam sebagai maharnya. Allahu Akbar. Di mana wanita
seperti ini?
Wanita idaman
itu seperti Ummu Sulaem. Maka jangan salah, dikatakan bahwa tidak ada mahar
yang paling mulia ketika itu, kecuali maharnya Ummu Sulaem, yaitu dengan sebuah
kata yang bernama Islam diikuti dengan pebuktian amal perbuatan.
“Demi
Allah, tidak ada orang sepertimu yang pantas ditolak,” Ucap Ummu Sulaem kepada Abu Tholhah yang datang melamarnya,
sedangkan Abu Tholhah hanya diam terpaku mendengarkan tutur kata Ummu Sulaem. “Tapi
sayang sekali, kamu orang kafir, dan saya seorang muslimah,” Lanjut Ummu
Sulaem tegas.
Aku bisa
membanyangkan sebagai seorang laki-laki, ketika ditolak karena agama, maka
mungkin hatiku kan dirundung sendu, masa hanya agama saja menjadi sebuah
ukuran. Mungkin hal yang hampir sama juga dirasakan oleh Abu Tholhah, sehingga
dia masih tetap diam membisu. “Tidak halal bagiku tuk menikah denganmu, dan
jika kamu Islam, maka itulah Maharku, aku tidak akan meminta yang lainnya.” Ya
Allah. Agama yang menjadi mahar. Di mana kalian wahai wanita idaman seperti
Ummu Sulaem? Mengapa karena harta dan ketampanan kalian rela mengorbankan agama
kalian? Di mana Islam kalian?
Lihatlah Ummu
Sulaem, berani menolak laki-laki kaya dari kaum Anshor ketika masih beragama
kafir. Kalian mampukah seperti itu ketika datang seorang laki-laki tampan dan
kaya? Oh, jangan jual agama kalian.
Wanita idaman
itu seperti Ummu Sulaem. Ketika Abu Tholhah telah masuk Islam dan menikah
dengan Ummu Sulaem dengan mahar Islam, maka mereka lalui hari-hari mereka dalam
iman dan takwa. Sampai datanglah suatu hari di mana Ummu Sulaem dan Abu Tholhah
dikaruniakan seorang putra. Tahukan apa yang terjadi dengan putra mereka? ya,
suatu hari putra mereka sakit berat.
Mereka merawatnya dengan baik, sampai datanglah suatu hari di mana Abu Tholhah
pergi ke masjid dan meninggalkan Ummu Sulaem dan anaknya di rumah.
Qadarullah,
sang bapak tidak melihat hembusan nafas terakhir anaknya. Putra mereka
meninggal di kala Abu Tholhah di masjid. Namun, di sana ada yang aneh dengan
Ummu Sulaem, dia berkata kepada orang yang hadir saat itu, “Jangan kalian
beritahu Abu Tholhah.” Perkataan singkat, namun apa yang diinginkan oleh
Ummu Sulaem? Lanjutkan membaca.
Pulanglah Abu
Tholhah dari masjid, sedangkan Ummu Sulaem telah menyiapkan makan malam dengan
rapi, maka makan malamlah Abu Tholhah. Sebelumnya Abu Tholhah menanyakan
keadaan anaknya, maka jawablah Ummu Sulaem, “Kondisinya sudah tenang dan aku
berharap semoga dia sedang istrahat.”
Wanita idaman
itu seperti Ummu Sulaem. Setelah selesai makan, Ummu Sulaem melayani suaminya,
mereka lakukan apa yang sah untuk suami istri. Ummu Sulaem malam itu terlihat
cantik, dia berhias untuk sang suami, dan menyembunyikan kesedihan yang
menimpa.
Wanita idaman
itu seperti Ummu Sulaem. Ketika di penghujung malam, berkatalah Ummu Sulaem
kepada suaminya, “Wahai Abu Tholhah, tidakkah kamu melihat ayahnya si fulan
meminjam suatu pinjaman dan mereka pun memberikan pinjaman itu, dan pada suatu
saat, pinjaman itu pun diminta dari bapak si fulan, tapi meraka berat untuk
mengembalikan pinjaman itu.” Allahu akbar, kata-kata yang indah, sungguh
ciri wanita idaman, mencoba menenangkan suami dengan kata-kata yang indah
ketika musibah menerpa biduk cinta.
Kini Abu
Tholhah menanggapi perkataan Ummu Sulaem dengan berakta, “Mereka tidak
adil.” Ya, Si peminjam tidak adil, barang orang haruslah dikembalikan. Maka
dengan itu, berkatalah Ummu Sulaem, “Sungguh anakmu adalah pinjaman dari Allah, maka sekarang
Allah mengambil pinjaman itu, maka kembalikanlah, dan bertahmidlah.”
baca juga (kegembiraan bagi yang kehilangan buah hati) di sini
Oh ya, apalah
gerangan perasaanku, ketika pulang langsung dikabarkan anak meninggal? Mungkin
emosiku tidak terkontrol, maka bijaklah Ummu Sulaem, bertutur kata yang baik
dan membuat sebuah perumpamaan yang baik, sehingga membuat sang suami lebih
bisa menerima atas apa yang sudah menjadi takdir Allah.
Wanita idaman
itu seperti Ummu Sulaem. Dengan kisah di atas mengajarkanku dan kamu, bahwa
Ummu Sulaem adalah orang yang sangat baik menerima takdir Allah. Tidak hanya
itu, beliau adalah orang yang sadar, bahwa suatu saat bila sebuah musibah
datang, maka tidak lain itu hanyalah cobaan Allah, maka bijaklah Ummu Sulaem
dengan kata-kata indahnya.
Ya Allah,
jadikanlah kami keluarga yang mulia yang selalu berjalan di atas ketentuan-Mu.
Jika Engkau katakan itu perintah, kami pun tunduk dan patuh tuk melaksanakan,
dan jika Engkau katakan itu larangan, maka kami pun tunduk dan patuh tuk
meninggalkan.
Potongan dari buku saya (Bidadari Para Pejuang)
Untuk pemesanan hub, 082134799822 WA
Akhukum Fillah
Irsun Anwar Badrun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar