Rabu, 09 November 2016

Opini #1 Penulis Itu Harus Netral, Katamu



Kata netral itu selalu menyerangku, mereka berkata, “Jadi penulis itu yang netral.” Ah kata  ini seakan mengajakku hidup tanpa tujuan, serba tidak jelas. Perlu kamu tahu, bagaimana mungkin kubisa diam dengan sebuah kebatilan, dan bagaimana mungkin kuhanya diam melihat kebenaran, tentu tidak.

Sebagai penulis muslim sejati, maka pada kebenaranlah kuberpijak, dan pada kebenaranlah kuberdiri. Tak peduli apa itu katamu, yang jelas, kutidak mau netral, karena kulebih condong pada kebenaran.

Banyak di sana penulis-penulis kebatilan, dalam sehari mereka bisa membuat ratusan tulisan palsu, dan tak sungkan-sungkan, mereka terus menulis untuk menumbangkan kebenaran dan mengibarkan bendera kesesatan, maka dari realita itu, apakah kuharus tetap menjadi seorang penulis yang netral dan hanya duduk berdiam tanpa menyerang ideology-ideology sesat itu? Tidak.

Bisa kamu lihat, betapa suburnya media-media sekuler, mereka menjanjikan dunia pada penggemarnya, mereka halalkan berbagai cara untuk berfoya-foya, maka apakah dengan itu, kujuga harus tetap netral dan tak  bergeser ke kanan dan berdiri di atas kebenaran? Tidak.

Dari awal penciptaan, Allah telah melapangkan jalan kebatilan dan jalan kebenaran, dan orang-orang yang beruntunglah yang selalu berdiri di atas kebenaran, dan kebenaranlah merupakan sebuah pilihan. Jadi, buat apa netral?

Lebih baik mati dengan mulia, dari pada hidup berkubang netral tanpa arah. Toh, kekasih-kekasih Allah tidak pernah hidup tanpa memihak, mereka selalu memilih Allah sebagai tujuan, dan malaikat pun demikian.

Sekarang, berhentilah kamu menyuru aku menjadi penulis netral,  karena tanganku telah dibayar Allah tuk menyuarakan kebenaran. So sorry.
Baca juga (Bahaya Netral Dalam Berragama) Di sini

Irsun Badrun
Darul Abrar 18 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minassunnah berusaha menyajikan artikel Islam yang mengacu pada hadits-hadits Sahih yang merupakan dasar pijak cara kita beragama.