Istriku,
semakin bertambah umur kehamilanmu, kusemakin melihat rona kebahagiaan di
wajahmu.
Di saat
kusibuk dengan berbagai aktifitas, engkau malah sibuk menyiapkan perlengkapan
sang buah hati yang akan menyambut kita tak lama lagi.
Di saat
kulupa mengantarkan engkau ke bidan, engkau malah tak bosan mengingatkanku
untuk tepat waktu membawamu memeriksakan kandungan ke ibu bidan.
Di saat
kulupa menyebutkan bayi kita yang akan lahir di dalam doaku, lidahmu tak pernah
kering meminta kebaikan untuk bayi kita nanti.
Sampai
pada hari itu, ya hari perkiraan bidan bahwa anak kita akan lahir di dunia ini.
Kulihat engkau tak bosan tersenyum. Wajahmu selalu ceria. Tawamu selalu
sumringah.
Tapi
tak tahu kenapa, engkau harus memaksakanku untuk usg (Ultrasonografi)
“Posisinya
sudah pas, tak sungsang lagi.” Ucap seorang dokter spesialis kandungan.
Dan
kulihat engkau tersenyum.
“Tapi
kenapa jantungnya tidak bergerak?” Lanjut dokter.
Kumulai
lihat wajahmu masam.
“Ambilkan
alat pendeteksi suara detak jantung bayi.” Seru dokter kepada pembantu dokter.
“Benar-benar
banyinya sudah tidak ada beberapa hari yang lalu (alias meninggal).” Ucap
dokter setelah memeriksa detak jantungnya.
Kumulai
melihat wajahmu tak karuan. Engkau mulai panik, dan kemudian berucap, “Tapi
tadi zuhur masih bergerak, kemarin masih nendang-nendang, dan barusan saya
periksa di bidan kemarin masih ada detak jantungnya.”
Airmatamu
mulai merinai. Senyumanmu mulai hilang. Semangat makanmu mulai tak ada. Dan engkau
hanya bisa menatap kosong.
Karena
takut membahayakan dirimu, kamu pun memilih untuk melahirkan bayi yang sudah
tak bernyawa itu, tepat pada hari yang diprediksikan, jumat 04 November 2016.
Kumelihat
matamu tak pernah terlelap satu malam suntuk, menahan rasa sakit dan juga
pikiran kehilangan buah hati.
Ketika
pagi tiba, kumelihat kamu masih menahan rasa sakit dan ingin segera melahirkan
bayi kita yang tak lagi bernyawa.
Jeritan
suara semakin tak tertahan. Cucuran keringat terus mengalir walau ruangan
berAC. Dan tepat jam delapan, lahirlah anak kita seorang laki-laki ganteng nan
gagah. Seorang anak yang selalu engkau sebut dalam doamu, untuk dijadikan anak
yang sholeh, anak yang hafiz Qur’an di usia dini, anak yang kelak menjadi syafaat
kita di akhirat kelak.
Iya, sekarang tinggal jasadnya yang ada, ia sudah
pergi pamitan pada kita dan mungkin sebagai sebuah jawaban dari doamu, Allah menyediakan
untuk kita sebagai syafaat dan indah sebuah pertemuan kelak dengannya.
Alhamdulillah
‘ala kulli hal.
Engkau
merangkulku, dan berucap, “Anak kita bang. Ibarat buah yang sudah siap dipetik
kemudian pergi diambil oleh Empuhnya.”
Istriku,
bersabarlah, karena Allah memberikan kabar kembira bagi orang yang bersabar.
Al-Baqarah: 155.
Bersabarlah,
karena Allah akan memberikan pahala tak terhitung kepada orang yang bersabar.
Azzumar: 10.
Bersabarlah,
karena kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Al-Baqarah: 156.
Bersabarlah,
karena kebaikan selalu bersama orang-orang yang bersabar.
Istriku,
bersabarlah! Karena tak ada balasan yang pantas bagi orang yang kehilangan buah
hatinya kemudian memuji Allah dan bersabar, kecuali Allah akan bangunkan untuk
orang tersebut sebuah rumah di surga dan diberikan nama dengan al-Hamdu.
Assilsilah Asshohihah (1408)
Bersabarlah
istriku dan juga yang merasa pernah kehilangan buah hati, bahwa tidaklah
seorang wanita yang kehilangan tiga buah hatinya yang belum balik, kecuali akan
menjadipenghalang dari api neraka. Bukhari 99. Muslim 4786.
“Bagaimana
dengang dua?” Rasulullah pun menjawab “juga dua.”
Istriku,
kalau saja ada yang bertanya lagi saat itu bagaimana dengan satu, maka Rasulullah
akan menjawab juga satu.
Istriku,
belajarlah dari kisahnya Ummu Salamah, kehilangan orang terbaik, kemudian
berdoa untuk digantikan yang lebih baik, maka Allah pun gantikan dengan orang
yang paling baik. Muslim 1525.
Dan
yang terakhir, jangan lagi engkau rinaikan airmatamu, basuhlah dan simpanlah
airmatamu untuk air mata kebahagiaan kelak di saat perjumpaan dengan buah hati
kita.
Suamimu
Baca (Kegembiraan Bagi Yang Kehilangan Buah Hati) di Sini
Irsun
Badrun
Sragen
06 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar